Senin, 23 Maret 2009

ASUHAN KEPERAWATAN IBU DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50% dari wanita hamil, terutama ditemukan pada primigravida, kehamilan ganda dan mola hydatidosa. Tetapi kalau seorang ibu memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badan sangat turun, turgor kulit kurang , diurase kurang dan timbul acetone dalam air kencing, maka keadaan ini disebit hyperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah sakit. (Sastrawinata, 1984)
Mual atau nausea dan muntah atau emesis gravidum adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala – gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
Mual muntah terjadi pada 60 – 80 % primi gravida dan 40 – 60 % multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala – gejala ini menjadi lebih estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormone ini belum jelas, mungkin karena system saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari – hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inlah yang disebut dengan hiperemisis gravidum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit
(Wiknjosastro, 2002)

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami kelainan pada ibu hamil dengan penyakit hiperemesis gravidarum.
2. Tujuan Khusus
Dalam makalah ini bertujuan agar mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan definisi hiperemesis gravidarum
b. Menyebutkan etiologi dari hiperemesis gravidarum
c. Menjelaskan patofisiologi terjadinya hiperemesis gravidarum
d. Menyebutkan dan menjelaskan penatalaksanaan atau terapi pengobatan yang dilakukan untuk penyakit hiperemesis gravidarum
e. Membuat dan mengkaji asuhan keperawatan pada wanita hamil dengan hiperemesis gravidarum



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. (Rustam, 1998)
Hyperemesis gravidarum adalah suatu keadaan pada masa kehamilan dimana terjadi mual dan muntah yang berlebihan, kehilangan berat badan, serta terjadinya gangguan keseimbangan elektrolit (http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid=906)

B. Etiologi
Penyebab hyperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan-perubahan anatomic pada otak, jantung hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat inanisi.
Pada tubuh wanita yang hamil terjadi perubahan–perubahan yang cukup besar yang mungkin merusak keseimbangan di dalam badan. Misalnya saja yang dapat menyebabkan mual dan muntah ialah masuknya bagian – bagian villus ke dalam peredaran darah ibu, perubahan endokin misalnya hypofungsi cortex glandula suprarenalis, perubahan metabolik dan kurangnya pergerakan lambung.
Namun meskipun hyperemesis gravidarum belum diketahui penyebabnya secara pasti, ada beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang mempengaruhi yaitu :
1. Faktor predisposisi yang sering ditemukan adalah primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosadan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa faktor hormone memegang peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormone khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.
2. Faktor organic yaitu masuknya villi khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolic akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organic. Selain itu faktor organic yang lain yaitu alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak, juga disebut sebagai salah satu faktor organic.
3. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
( Wiknjosastro, 2002)

C. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang khas dari hyperemesis gravidarum antara lain:
• muntah yang hebat
• haus
• dehidrasi(exsikkose)
• berat badan turun
• keadaan umum mundur
• kenaikan suhu
• ikterus
• gangguan serebral (kesadaran menurun, delirium)
• laboratorium: protein, acetone, urobilinogen, porphyrin dalam urin bertambah, silinder +
(Sastrawinata, 1984))
• Berat badan turun 2,5 s/d 5 kg atau lebih selama trimester pertama.
• Tidak dapat menelan makanan atau minuman apapun selama 24 jam terakhir.
• Air kencing berwarna kuning sangat gelap atau tidak kencing selama 8 jam terakhir.
• Muntah sangat sering kadang bisa setiap jam atau lebih.
• Mual sangat hebat sehingga selalu muntah saat makan
(www.bayisehat.com)
Hyperemesis gravidarum ini ditandai dengan terus mual dan muntah samapi 4-8 minggu, hingga kehilangan berat badan 5-10 kg, kulit menjadi kering dan kadang-kadang timbul ikterus malahan dapat jatuh coma, oliguri, dalam urine albumin positifdan dalam sediment dapat ditemukan silinder dan sel darah merah. Hyperemesis ada bentuk yang kronis dimana kemunduran terjadi dngan lambat dan ada yang akut dimana kemunduran terjadi dalam beberapa hari misalnya seminggu. Pada stadium lanjut timbul demam dan nadi cepat di atas 130/menit.
Menurut berat ringannya gejala, hyperemesis gravidarum dibagi dalam 3 tingkatan :
1. Tingkat I. Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum, menimbulkan rasa lemah, nafsu makan tak ada, berat badan turun, dan nyeri epigastrium. Frekuensi nadi pasien naik sekitar 100 kali per menit, tekanan darah sistolik turun, turgor kulit berkurang, lidah kering, dan mata cekung.
2. Tingkat II. Pasien tampak lemah dan apatis, lidah kotor nadi kecil dan cepat, suhu kadang naik, dan mata sedikit ikterik. Berat badan pasien turun, timbul hipotensi, hemokonsentrasi, oliguria, konstipasi, dan napas berbau aseton.
3. Tingkat III. Kesadaran pasien menurun dari somnolen sampai koma, muntah berhenti, nadi kecil dan cepat, suhu meningkat, dan tekanan darah semakin turun.
Diagnosis pada hyperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Dari anamnesis didapatkan adanya amenore, tanda kehamilan muda, dan muntah terus–menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Namun harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan pasien lemah, apatis sampai koma, nadi meningkat sampai 100 kali per menit, suhu meningkat, tekanan darah turun, atau tanda deehidrasi lain. Pada pemeriksaan elektrolit daarh ditemukan kadar natrium dan klorida turun. Pada pemeriksaan urin kadar klorida turun dan dapat ditemukan keton.
(Mansjoer dkk, 2001)
E. Patofisologi
Perasaan mual adalah akibat meningkatnya kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trimester I. Pengaruh fisiologik hormone estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari system saraf pusat atau akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan – bulan. Mual dan muntah terus–menerus dapat menyebabkan dehidrasi, hiponatremia, hipokloremia, penurunan klorida urin, selanjutnya terjadi hemokonsentrasi yang mengurangi perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan tertimbunnya zat toksik.
Belum jelas mengapa gejala – gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik merupakan faktor utama, di samping pengaruh hormonal. Yang jelas wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastic dengan gejala tidak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.
Hyperemesis gravidarum mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler ke plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah menurun, demikian pula khlorida air kemih. selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.
Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula dan tertimbunnya zat metabolic yang toksik. Hipokalemia akibat muntah dan ekskresi berlebihan selanjutnya menambah frekuensi muntah dan meruska hepar. Selaput lendir esophagus dan lambung dapat robek (Sindrom Mallory-Weiss) sehingga terjadi pedarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri, jarang sampai diperlukan transfuse atau tindakan operatif.
( Wiknjosastro, 2002)

F. Penatalaksanaan
• Penatalaksanaan medis yang penting adalah memeriksa adanya dehidrasi dan adanya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit dengan pemberian nutrisi secara oral atau cairan IV. Obat-abatan anti muntah ( antiemetic ) bisa dianjurkan setelah dokter memberitahu ibu hamil tentang kemungkinan kerugian yang ditimbulkan dari obat tersebut terhadap perkembangan janin.
Obat-obatan yang dapat digunakan antara lain :
 Sedative ( luminal, stesolid)
 Vitamin ( B1 dan B6 )
 Anti-muntah (mediamer B6, Drammamin, Avopreg, Avomin, Torecan)
 Antasida, dan anti mulas.
( Rustam, 1998)
 Chlopromazin (largactil) yang menenangkan jiwa dan bersifat anti muntah
 Antihistaminica, ACTH, dan corticosteron
Secara praktis yang memuaskan adalah:
 Phenothiazin (sedatif)
 Desoxycorticosteron (karena kemungkinan hypofungsi cortex suprarenalis)
 Vitamin B6
(Obstetri patologi, Unpadj)

• Perawat mencatat cairan yang keluar dan masuk, serta frekuensi makanan dan cairan yang masuk abdomen sebaiknya dalam jumlah yang kecil agar abdomen tidak menjadi sangat penuh. Karbohidrat yang mudah dicerna, serperti biscuit atau roti kentang bias di toleransi dengan baik. Makanan seharusnya di sajikan dalm bentuk yang menarik dan tanpa memberikan komentar negative.
• Terapi psikologik: Stress bisa turut menyebabkan hiperemesis gravidarum, dan bisa sebagai komplikasi. Support emosional dapat diberikan dengan mendengarkan pendapat dari ibu hamil tentang kehamilannya, tentang perawatan anak dan hidup dengan mual yang menetap. Meskipun factor psikologi bisa berpengaruh pada beberapa kasus H.G, perawat sebaiknya tidak beranggapan bahwa setiap wanita dengan komplikasi ini dianggap biasa karena bisa memperburuk keadaan.
( W.B Saunders)
• Cairan parenteral: berikan cairan parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter perhari. Bila perlu dapat ditambah kalium, dan vitamin, khususnya vitamin B komplek dan vitamin C dan bila kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena.
• Isolasi: Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan.
• Penghentian kehamilan: Pada sebagian kecil kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takhikardi,ikterus, anuria dan perdarahan ,erupakan manifestasi komplikasi organic. Dalam keadaan demikian perlu di pertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena di satu pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu sampai terjadi gejala irreversible pada organ vital.
( Wiknjosastro, 2002)
Pengobatan di Rumah Sakit
Yang menjadi pegangan untuk memasukkan pasien ke rumah sakit ialah:
1. segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, berlagsung lama
2. berat badan turun lebih dari 1/10 dari berat badan normal
3. turgor kurang, lidah kering
4. Adanya aceton dalam urine.
Terapi di rumah sakit ditujukan untuk :
1. mengatasi dehidrasi dengan pemberian infus
2. mengatasi kelaparan dengan infus, atau makanan dengan nilai kalori tinggi dengan sonde hidung: juga diberi vitamin-vitamin yang cukup
3. mengobati neurose dengan psycoterapi sedativa dan isolasi
Pada 24 jam pertama di rumah sakit tidak diberikan apa-apa per os. Makanan diberikan per infus berupa glukosa 10% dan larutan garam fisiologis:cairan yang masuk dan keluar dicatat dengan teliti termasuk muntah. Cairan yang diberikan 3000 cc sehari atau lebih menurut kebutuhan.
Obat yang diberikan melalui infus ialah; Phenothiazin, ACTH 20S, vitamin B1 200 mg, vitamin B6 200 mg, vitamin B12 150 mg, dan vitamin C 2000 mg.
Penderita sedapat-dapatnya diletakkan dalam kamar tersendiri yang tenang dan bebas dari bau-bau. Setelah 24 jam dicoba roti kering atau biskuit sedikit-sedikit setiap 2-3 jam juga minuman diberikan tiap 2 jam tapi sekali minum tidak boleh melebihi 100 cc, teh panas sangat baik. Jika pasien tidak muntah, berangsur-angsur makan dan minum ditambah hingga ia dapat makanan yang lunak dengan nilai kalori tinggi dan yang banyak mengandung vitamin.cairan infus berangsur-angsur dikurangi sesuai dengan kesanggupan pasien untuk makan dan minum. Dalam menjalankan terapi sikap perawat harus menyenangkan dan menghibur pasien, cara menghidangkan makanan harus menarik. Jika pasien tetap muntah, maka makanan diberikan melalui sonde hidung. Jika keadaan terus mundur maka dianjurkan untuk abortus terapeutik.
(Sastrawinata, 1984)
Penatalaksaan:
• Rawat inap
• Stop makan / minum dalam 24 jam pertama
• Obat-obat diberikan parenteral
• Infus D10% (2000 ml) + RD5% (2000 ml) / hari tiap botol tambahan: Antiemetik (metoklopramid hidrochlorid) 1 amp (10 mg), Vit. B Komplek 2 ml, Vit.C 1 amp, Kalau perlu Diazepam 10 mg im
• Psikoterapi
• Dalam 24 jam pertama—>> evaluasi
• Bila membaik : boleh makan / minum bertahap
• Bila tetap : Stop makan minum ? lanjutka R/ di atas untuk 24 jam kedua
• Bila dalam 24 jam kedua tidak membaik—>> pertimbangan rujukan
• Infus dilepas setelah 24 jam bebas mual dan mutah
Kriteria pulang:
• Mual dan mutah tidak ada lagi
• Keluhan subyektif tidak ada
• Tanda-tanda vital baik.
(http://cakmoki_weblog.com)


G. Komplikasi
Komplikasi yang biasa terjadi yaitu Ensefalopati Wernieke dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental serta payah hati dengan gejala tumbuhnya ikterus.
(Mansjoer dkk, 2001)

H. Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tak terjadi hiperemesis. Pencegahan yang dapat dilakukan di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Penerangan bahwa kehamilan dan kehamilan merupakan proses fisiologis.
2. Makan sedikit – sedikit tetapi sering. Berikan makanan selingan seperti biscuit, roti kering dengan teh hangat saat bangun pagi dan sebelum tidur, hindari makan makanan berminyak dan berbau. Makanan sebaiknya dalam keadaan panas atau sangat dingin.
3. Defekasi teratur.
(Mansjoer dkk, 2001)
4. Menghindari makanan berbau tajam, asap rokok atau parfum yang berbau menyengat yang dapat menjadi pemicu mual muntah.
5. Beberapa suplemen makanan dapat membantu mengurangi mual muntah seperti minuman jahe atau vitamin B6.
6. Makanlan makanan yang diinginkan ketika tubuh mampu menerimanya.
7. Jangan segera berbaring setelah makan, sebaiknya duduk tegak selama beberapa saat agar tidak kembung atau mual.
8. Hindari banyak minum saat makan, tunggulah 30 menit setelah makan baru minum air. Di luar waktu makan Anda diharapkan untuk minum lebih banyak.
9. Makanlah dalam porsi yang sedikit namun sering (tiap 2-3 jam) untuk menghindari mual tanpa beresiko kekurangan gizi.
10. Pola makan yang lengkap dan seimbang.
11. Istirahat yang cukup.
12. Konsultasi ke dokter kandungan Anda jika mual muntah masih berlanjut
(www.bayisehat.com)


I. Asuhan Keperawatan Pada Hiperemesis Gravidarum
1. Pengkajian
 Adanya ikterus,pucat,sianosis
 Dehidrasi
 Status kesadaran:adanya gangguan kesadaran (apatis-koma)
 Adanya penurunan berat badan
 Mual dan muntah hebat
 TTV:peningkatan nadi (100 kali/menit),
 Kenaikan suhu
 Hasil laboratorim:kenaikan Hb & hematokritelektrolit darah, protein, acetone, urobilinogen, porphyrin dalam urin bertambah, silinder +
 Urinalisis; warna urin (kuning sangat gelap)


2. Diagnosa Keperawatan
 perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan muntah
 gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya masukan makanan dan cairan
 penurunan cardiac output berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung
 gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia
 nyeri berhubungan dengan iskemik


3. Intervensi dan Rasional
Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan muntah
Tujuan : setelah dilakukan intevensi terjadi pemenuhan kebutuhan nutrisi yang adekuat selama 24 jam.
Kriteria hasil :
Menunjukkan penambahan berat badan yang sesuai (biasanya minimal 1,5 kg pada akhir trimester I)
Mandiri :
1. Berikan informasi tertulis yang tepat tentang diet pra-natal dan suplemen vitamin atau zat besi setiap hari.
2. Perhatikan adanya pika atau mengidam. Kaji pilihan bahan bahan bukan makanan dan tingkat motivasi untuk memakannya.

3. Timbang berat badan klien, pastikan berat badan pregravit biasanya. Berikan informasi tentang penambahan prenatal yang optimum.


4. Tinjau ulang frekuensi dan beratnya mual atau muntah.

5. Pantau kadar hemoglobin atau hematokrit.


6. Tes urin terhadap aseton, albumin dan glukosa.






7. ukur pembeasaran uterus.

8. beri pilihan menu yang ada dan izinkan pasien untuk mengontrol pilihan sebanyak mungkin.
Kolaborasi :
9. Buat rujukan yang perlu sesuai dengan indikasi.

10. Rujuk pada program makanan wanita, bayi, dan anak – anak dengan tepat.

11. berikan diet cair secara parenteral dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis
12. terapi obat menggunakan sedatif(luminal,stesolid), vitamin B6, vitamin C.
• Materi referensi yang dapat dipelajari dirumah. Mening-katkan kemungkinan klien memilih diet seimbang.
• Memakan bahan bukan maka-nan pada kehamilan mungkin berdasarkan pada kebutuhan psikologis, venomena budaya, respon terhadap lapar atau res-pon tubuh terhadap kebutuhan nutrisi.
• Ketidak adekuatan penamba-han berat badan prenatal atau dibawah berat badan normal masa kehamilan, meningkat-kan resiko IUGR pada janin dengan BBLR
• Mual muntah trimester I dapat berdampak negative pada sta-tus nutrisi pranatal, khususnya pada periode kritis perkem-bangan janin.
• Mengidentifikasi adanya ane-mia dan potensial penurunan kapasitas pembawa oksigen tersebut. Klien dengan kadar Hb kurang dari 12 g/dL atau Ht kurang atau sama dengan 30 % dipertimbangkan anemia pada trimester I.
• Menetapkankan data dasar dilakuan secara rutin untuk mendeteksi situasi potensial resiko tinggi seperti ketidak-adekuatan asupan karbohidrat, diabetik ketoasidosis dan hipertensi karena kehamilan.
• Mal nutrisi Ibu berefek negative terhadap pertumbu-han janin dan memperberat penurunan komplemen sel otak pada janin, yang mengakibatkan kemunduran perkembangan janin dan kemungkinan lebih lanjut.
• Meningkatkan daya tarik pasien untuk makan

• Mungkin diperlukan bantuan tambahan terhadap pilihan nutrisi, dapat membatasi anggaran atau keuangan.

• Yayasan penyelenggara pro-gram makanan suplemen membantu meningkatkan se-cara optimal nutrisi ibu atau janin.
• Untuk memnuhi kebutuhan nutrisi, mencegah malnutrisi.

• Untuk menguranngi muntah dan mual.

Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
 gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya masukan makanan dan cairan
Tujuan : setelah dilakukan intevensi terjadi perubahan keseimbangan cairan selama 24 jam.
Kriteria hasil :
Menunjukkan keseimbangan cairan
mandiri:
1. awasi tanda vital dan turgor kulit
2. awasi jumlah dan tipe masukan cairan
3. diskusikan strategi untuk meghentikan muntah dan penggunaan laksatif/diuretik
4. identifikasi rencana untuk meningkatkan/mempertahankan keseimbangan cairan optimal misal jadwal masukan cairan
Kolaborasi:
5. Kaji hasil tes fungsi ginjal dan elektrolit


• Sebagai indikator volume sirkulasi
• Mengganti cairan agar tercapai keseimabangan cairan
• Mencegah kehilangan cairan lanjut

• untuk meningkatkan/mempertahankan keseimbangan cairan optimal


• sebagai indikator perpindahan cairan, penurunan fungsi ginjal
 penurunan cardiac output berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung
Tujuan : setelah dilakukan intevensi terjadi perbaikan hemodinamik
Kriteria hasil :
Menunjukkan stabilitas hemodinamik
Mandiri:
1. evaluasi kualitas dan kesamaan nadi sesuai indikasi.
2. berikan makanan kecil dan mudah dikunyah.


3. catat adanya gejala gastrointestinal contoh: muntah, diare, ketidaknyamanan abdomen
Kolaborasi:
4. pantau pemeriksaan laboratorium yang memberi dampak dari sediaan digitalis, contoh elektrolit, BUN, kreatinin, pemeriksaan fungsi hati
5. berikan kalium, kalsium dan magnesium sesuai indikasi


6. berikan lidocain • penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya kelemahan nadi/kekuatan nadi
• makan besar dapat meningkatkan kerja miokard, menyebabkan rangsang vegal mengakibatkan bradikardi

• menunjukkan gangguan elektrolit atau curah jantung/perfusi organ


• kadar kalium, kalsium, atau magnesium abnormal meningkatkan sensitivitas terhadap digitalis.

• Mengembalikan elektrolit ini pada normal untuk memperbaiki berbagai disritmia
• Untuk mempertahankan /memperbaiki curah jantung


 gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia
Tujuan : setelah dilakukan intevensi terjadi perfusi jaringan yang adekuat
Kriteria hasil :
Menunjukkan perfusi jaringan yang adekuat
Mandiri:
1. lihat pucat, sianosis, belang.catat kekuatan nadi perifer



2. kaji fungsi gastrointestinal, catat anoreksia, penurunan bising usus, mual/muntah, distensi abdomen, konstipasi.
3. pantau haluaran urine.




Kolaborasi
4. pantau data laboratorium, contoh GDA, BUN, kreatinin, elektrolit

• vasokontriksi sitemik apat diakibatkan oleh penurunan curah jantung mungkin dibuktikan oleh penurunan perfusi kulit dan penurunan nadi
• penurunan aliran darah ke mesenteri dapat mengakibatkan disfungsi gastrointestinal.
• Penurunan pemasukan/mual terus menerus dapat mengakibatkan penurunan volume sirkulasi yang berdampak negatif pada perfusi dan fungsi organ.
• Indikator perfusi/fungsi organ
 nyeri berhubungan dengan iskemik

Tujuan : setelah dilakukan intevensi nyeri berkurang/hilang
Kriteria hasil :
Menyatakan nyeri berkurang/hilang
Mandiri
1. pantau/catat karekteristik nyeri, catat laporan verbal, petunjuk nonverbal, dan respon hemodinamik (contoh meringis, menangis, gelisah, berkeringat, mencengkram dada, nafas cepat, TD/frekuensi jantung berubah
2. ambil gambaran lengkap terhadap nyeri dari pasien termasuk lokasi: intennsitas (0-10): lamanya: kualitas(dangkal-menyebar) dan penyebaran.

3. anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera

4. berikan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan dan tindakan nyaman

5. bantu melakukan teknik relaksasi misal nafas dalam

Kolaborasi:
6. berikan oksigen sesuai indikasi

7. berikan obat sesuai indikasi contoh:
• antiangina, contoh; nitrogliserin(Nitro-Bid, Nitrostat, Nitro-Dur)

• Penyekat-B, contoh atenolol(tenormin), pindolol (visken), propanolol (inderal)

• Variasi penampilan dan perilaku pasien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian.pernapasan mungkin meningkat akibat nyeri.

• Nyeri sebagai pengalaman subjektif dan harus digambarkan oleh pasien. Bantu pasien untuk menilai nyeri dengan mebandingkannya dengan pengalaman lain.
• Penundaan laporan nyeri menghambat peredaan nyeri/memerlukan peningkatan dosis obat.
• Menurunkan rangsang eksternal dimana ansietas dan regangan jantung serta keterbatasan kemampuan koping dan keputusan terhadap situasi saat ini
• Membantu dalam menurunkan persepsi/respon nyeri. Memberikan kontrol situasi, meningkatkan perilaku positif
• Menngkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardia, dan juga mengurangi ketidaknyamanan sehubungan dengan iskemia
• Nitrat berguna untuk kontrol nyeri dengan efek vasodilatasi koroner, yang meningkatkan aliran darah koroner dan perfusi miokardia. Efek vasosilatasi perifer menurunkan volume darah kembali ke jantung (preload) sehingga menurunkan kerja otot jantung dan kebutuhan oksigen.
• Agen penting kedua untuk mengontrol nyeri melalui efek hambatan rangsang simpatis, dengan begitu menurunkan kebutuhan oksigen miokard.


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
• Hyperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi.
• Etiologi terdiri dari factor predisposisi, organic dan psikologik
• Berat ringannya gejala terbagi atas 3 tingat:tingkat I, tingkat II, tingkat III
• Penatalaksanaan meliputi: penatalaksanaan medis (obat yang digunakan: Sedative ( luminal, stesolid) Vitamin ( B1 dan B6 ), Anti-muntah ( mediamer B6, Drammamin, Avopreg, Avomin, Torecan ),Antasida, dan anti mulas, isolasi, cairan parenteral, terapi psikologik
• Komplikasi; Ensefalopati Wernieke dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental serta payah hati dengan gejala tumbuhnya ikterus.
• Pencegahan: makan minum sedikit tetapi sering, defekasi teratur, pola makan seimbang, istirahat yang cukup, suplemen yang mengurangi mual seperti vitamin B6 dan minuman jahe, penjelasan kehamilan merupakan proses fisiologis.
• Diagnosa keperawatan:
a. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan muntah
b. gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya masukan makanan dan cairan
c. penurunan cardiac output berhubungan dengan penurunan kontraktilitas jantung
d. gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipoksia
e. nyeri berhubungan dengan iskemik



Daftar Pustaka


Carpenito, Lynda Jual 2000. “Diagnosa Keperawatan”. Edisi 8 (Alih bahasa : monica Ester). Jakarta : EGC
Doenges, Marilynn. 2001. “Rencana Keperawatan Maternal/ Bayi”. Edisi 2 (Ahli bahasa ; Monica Ester). Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 2000. “Kapita Selekta Kedokteran”. Edisi 3. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius
Muchtar, Rustam. 1998. “Sinopsis Obstetri”. Edisi 2. Jakarta : EGC
Sastrawinata, R. Sulaeman. 1984. “Obstetri Patologi”. Bandung : Elstar Offset
Thompson & W.B. Saunders. 1993. “Maternity and Pediatric Nursing”. Second Edition. Company Philadelphia
Wiknjosastro, Prof. dr. Hanifa, SpOG. 2002. “Ilmu Kebidanan”. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo
Anonim. 2007. “Mual dan Muntah dalam Kehamilan”. http://www.bayisehat.com

Cakmoki weblog. 2006. “Hiperemesis Gravidarum”. http://cakmoki_weblog.com
Wannabe, SpOG. 2006. “Hiperemesis Gravidarum”. http://www.info-sehat.com/content.php?s_sid=906
Wujeng sumping weblog. 2007. “Emesis Gravidarum”. http://wujengsumping weblog.com

-------------------end of this matery-------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar